Menjelajah Pesona Alam Kota Wisata Batu

Kira-kira sejak tahun 2008, kota Batu, Jawa Timur, mendapat julukan sebagai kota wisata. Bisa dikatakan, kota yang awalnya kota administratif dari Malang ini menjadi jantung pariwisata di Jawa Timur. Ini terbukti dari padatnya wisatawan yang datang pada saat akhir pekan dan liburan sekolah. Bahkan kini, banyak hotel-hotel baru dari berbagai kelas dan rumah makan dengan bermacam hidangan. Tentu ada banyak hal yang bisa Anda lakukan saat berkunjung ke kota yang terkenal dengan apel hijau yang khas ini. Salah satunya menjelajah keindahan alam di kota yang terletak di dataran tinggi ini.

Menyusuri Hutan Alami sembari Mencari Coban Talun

Ada beberapa air terjun yang bisa Anda kunjungi saat berwisata ke Batu. Untuk Anda yang sangat suka menjelajah alam, Coban (air terjun) Talun sangat pas untuk didatangi. Air terjun ini terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, tak terlalu jauh dari pusat kota Batu. Anda bisa menaiki kendaraan pribadi menuju ke arah Pemandian Selekta yang sudah cukup terkenal. Di kiri jalan utama akan ada papan petunjuk lokasi air terjun ini. Memasuki gerbang air terjun, seorang petugas memberikan karcis masuk sebesar lima ribu per orang. Tak jauh dari gerbang masuk inilah, batas terakhir kendaraan dapat melintas. Selebihnya, tentu kita harus berjalan kaki. Di area ‘parkir’ kendaraan ini, atmosfer air terjun yang sejuk sudah terasa dengan pepohonan hijau yang terhampar di setiap mata memandang. Di sini, masih nampak masyarakat yang berlalu lalang di sekitar area ini, maklum tak jauh dari hutan terdapat ladang pertanian yang menghasilkan kentang, sayuran, dan tentu saja apel khas Kota Batu.

Masyarkat Sekitar Coban Talun
Sebagian besar masyarakat Kota Batu bekerja di ladang, begitu pula masyarakat sekitar Coban Talun. Di area pemberhentian kendaraan, akan dijumpai masyarakat yang lalu lalang membawa hasil bumi.

 

Untuk menuju ke air terjun ini, sebaiknya Anda menggunakan pakaian yang menyerap keringat, celana pendek, sandal,dan membawa bekal air minum. Ini karena, di awal perjalanan kita sudah akan disambut sungai dangkal dan harus dilalui tanpa jembatan. Setelah melewati sungai tersebut, baru lah berjalan menyusuri hutan pinus yang sejuk. Banyaknya pohon-pohon yang rindang ini akan membuat perjalanan yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit ini tidak terasa. Namun, tetap harus waspada, karena jalan setapak menuju air terjun ini naik-turunnya cukup terjal dan licin. Hutan di sekitar air terjun ini masih sangat alami. Jika beruntung, Anda akan bertemu dengan kawanan monyet atau ayam hutan.

Coban Talun dipenuhi bebatuan besar yang membuatnya tampak seperti kolam
Coban Talun dipenuhi bebatuan besar yang membuatnya tampak seperti kolam

Perjalanan yang panjang tersebut tak lama akan terbayar dengan melihat keindangan Coban Talun. Dengan ketinggian sekitar 75 meter ini, Coban Talun memiliki batu-batu besar yang menjadi jalan air menuju ke bawah sehingga seperti membentuk kolam-kolam batu. Melihatnya, membuat kita yang datang sangat ingin berenang menyelami beningnya air. Di balik air terjun juga terdapat goa kecil yang konon merupakan peninggalan Jepang.

Dengan ketinggian mencapai 75 meter, kita dapat merasakan percikan air yang segar bila berdiri di seberangnya.
Dengan ketinggian mencapai 75 meter, kita dapat merasakan percikan air yang segar bila berdiri di seberangnya.

Melihat Batu dari Langit

Tak perlu takut akan ketinggian jika ingin terbang dengan paralayang, instruktur yang berpengalaman siap tandem bersama Anda
Tak perlu takut akan ketinggian jika ingin terbang dengan paralayang, instruktur yang berpengalaman siap tandem bersama Anda

Setelah lelah menyusuri Coban Talun, saat matahari mulai turun, Anda bisa bersantai sejenak di Gunung Banyak. Sebenarnya, tempat ini merupakan bukit yang terletak di tempat yang tinggi, sehingga dari atas bisa melihat pemandangan kota. Untuk menuju ke tempat ini, Anda bisa dengan menggunakan kendaraan menuju ke arah Desa Songgoriti. Tempat ini sehari-hari digunakan sebagai tempat untuk terbang dengan paralayang. Dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah, Anda bisa memacu adrenalin dengan terbang di atas Kota Batu. Jangan khawatir karena tentu ada tentor berpengalaman yang akan menemani Anda melaju di udara. Untuk Anda yang suka narsis, Anda bisa selfie sembari terbang dengan aman, karena disediakan monopot yang memang digunakan untuk paralayang.

Ingin merasakan penginapan yang berbeda? Cobalah menginap di Omah Kayu di Gunung Banyak yang tak jauh dari area Paralayang
Ingin merasakan penginapan yang berbeda? Cobalah menginap di Omah Kayu di Gunung Banyak yang tak jauh dari area Paralayang

Jika Anda tidak ingin terbang, Anda bisa duduk di atas bukit ini sembari menikmati jajanan yang dijajakkan. Jagung bakar dan segelas kopi susu bisa menjadi teman Anda saat menikmati matahari tenggelam dari tempat ini. Setelah lelah seharian berkelana di Kota Batu di area Gunung Banyak juga bisa untuk menginap. Anda bisa mencoba merasakan sensasi baru dengan menginap di Omah Kayu yang terletak di Gunung Banyak, tak jauh dari lokasi paralayang. Penginapan yang ini memiliki kurang lebih empat kabin yang terbuat dari kayu dan tergantung dari pohon. Bayangkan, di pagi hari Anda terbangun di atas pohon dengan matahari yang masih malu-malu menampakkan sinarnya. Untuk menginap di tempat ini Anda akan dikenakan biaya tiga ratus ribu per malam. Bilik yang tersedia memuat paling banyak tiga orang. Penginapan ini sangat tepat untuk Anda yang ingin mengambil gambar saat matahari terbit.

7 thoughts on “Menjelajah Pesona Alam Kota Wisata Batu

  1. Batu?.. tidak ada yang tidak cantik… !!! tapi akhir2 ini macetnya arah menuju kesana ampunnnnn.. apalagi arah dari surabaya… haduhhh..

  2. Coba ada cable car kayak yang ke arah P Sentosa itu.. pastiii cakep lagi.. gak polusi dan kendaraaan gak penuhhh ngumpul di Batu nya ya..

  3. Wah mba, ada yang namanya Omah Kayu ya? Menarik banget. Tahun depan pas pulang kampung mau coba deh nginep disana. Family friendly nggak ya kira-kira mba?

  4. batu emang menakjubkan,,sangat layak menyadang sebutan kota wisata. sampe2 ada yg bilang “belum ke malang kalo belum ke mbatu” ..padahal malang ama batu kan beda..

Leave a reply to ganisrumpoko Cancel reply